Wednesday 28 December 2016

Apakah PERTAMAX Lebih Hemat ?


Assalamualaikum.wr. wb  Jakarta,  Des 2016

Apakah Pertamax Lebih Hemat ?


Ini Penjelasan Mengapa Pertamax Lebih Hemat Ketimbang Premium


 Pemilik kendaraan mobil atu motor, masih banyak yang belum mengerti tentang perbedaan bahan bakar Pertamax, Pertamax Plus dan Premium. Padahal, penting mengetahui perbedaan bahan bakar tersebut untuk perawatan kendaraan.

Kendaraan keluaran baru, memiliki rasio kompresi tinggi seharusnya menggunakan bahan bakar bensin berjenis Pertamax. Pertamax memang harganya mahal, tapi banyak keuntungannya


Kesadaran masyarakat akan kualitas Bahan Bakar Minyak jenis Pertamax mulai dirasakan oleh pengguna Pertamax. Anggapan bahwa Pertamax itu membuat boros pengeluaran justru sebaliknya bisa bikin hemat.

Memang kalau dibandingkan dengan Premium, bahan bakar Pertamax memang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan Premium. Tapi jika kita melakukan dengan benar, justru memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan ongkos yang dikeluarkan.
Baca juga : TIPS CARA MEMANASKAN MOBIL YANG BENAR


Untuk mendapatkan efisiensi bahan bakar tersebut rahasianya adalah pada setting waktu pembakaran sepeda motor. Mesin sepeda motor saat ini umumnya diset awal oleh pabrikan untuk menggunakan jenis Bensin beroktan 92 yakni Pertamax agar performanya maksimal. Sebab itu, sebelum menggunakan Pertamax disarankan agar motor kembali di set awal oleh mekanik bengkel resmi sesuai dengan Pertamax, sehingga waktu pembakaran menjadi tepat, konsumsi BBM menjadi lebih irit dan tarikan menjadi lebih kencang.


Sedangkan untuk kendaraan roda empat yang sudah memiliki knocking sensor atau system komputerisasi, dapat di reset awal dengan cara mencabut kabel aki selama beberapa detik.

Apa yang membuat Pertamax ini bisa lebih irit? Ada dua hal yang menjadi rahasia keiritan Pertamax. Yang pertama adalah nilai kalori. Dari hasil pengujian di Laboratorium Lembaga Minyak dan Gas Bumi membuktikan bahwa Pertamax memiliki nilai kalori yang paling besar dibandingkan dengan produk sejenis.

Nilai kalori ini menjadi indikator ukuran energi yang diberikan bahan bakar, dan menentukan tingkat efisiensinya. Rahasia kedua adalah keberadaan zat aditif moderen yang ditambahkan ke dalam produk Pertamax yang dikenal dengan nama Ecosave Technology.

Aditif ini mampu membersihkan mesin dan menjaga mesin tetap bersih. Dengan mesin yang bersih, bahan bakar terbakar sempurna, dan dapat meningkatkan efisiensi mesin. Hasilnya, konsumsi bahan bakar menjadi lebih irit. Apalagi, mesin kendaraan saat ini memiliki teknologi modern dengan kompresi yang tinggi dan lubang injector bahan bakar yang sangat kecil sehingga tidak hanya membutuhkan bahan bakar berkualitas namun juga mampu membersihkan mesin.

Demikian pemberitahuan dari saya. Srmoga bermanfaat.

*AYAH dalam sakitnya pun, pasti selalu memikirkan nasib keluarga*.

Thursday 1 December 2016

Kelemahan Avanza-Xenia


Assalamu alaikum wr wb  Jakarta   Des 2016


Kelemahan Avanza - Xenia


Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia telah menguasai pasar low multi purpose vehicle (LMPV) di pasar nasional sejak 2004. Data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) per Mei 2015 mencatat, total penjualan duet LMPV ini telah mencapai 72.611 unit atau sekira 14.500 unit per bulan.

Avanza-Xenia mendominasi pasar di segmen LMPV dengan pangsa 66,8 persen. Meski Avanza-Xenia berpredikat sebagai mobil terlaku di segmen LMPV, bukan berarti mobil yang sudah mencapai generasi kedua ini tanpa kelemahan. Kali.ini naufalwidodo mencoba merangkum beberapa kelemahan tersebut kepada Anda.
Baca juga : PENYAKIT UMUM XENIA DAN AVANZA

Generasi pertama Avanza-Xenia mulai dipasarkan pada 2004. Positioning keduanya dibedakan antara lain dengan kapasitas mesin.

Avanza mengusung mesin 1.300 cc empat silinder dengan kode K3-VE, sedangkan Xenia bermesin 1.000 cc tiga silinder berkode EJ-VE. Model pertama Avanza ini memiliki dua varian, yakni E dan G. Sementara Xenia terdiri dari tiga varian, yakni Mi, Li, dan Xi (mesin 1.300 cc).

Pada April 2004, Toyota melansir Avanza S bermesin 1.500 cc 3SZ-VE dengan pilihan transmisi manual dan otomatis. Model pertama ini mendapat respons positif saat itu, karena dijual mulai Rp 70 juta per unit. Setelah mobil dikirim ke konsumen dan digunakan, terdapat beberapa kelemahan utama yang dikeluhkan konsumen.

Pertama, kinerja mesinnya, terutama mesin berkode EJ-VE 1.000 cc yang dibawa Xenia. Laju mesinnya sering terhambat alias "ndut-ndutan" utamanya saat pergantian  gigi rendah.

Kedua, sistem suspensinya kurang nyaman dengan gejala mengayun atau "ajlut-ajlutan", sehingga mengurangi tingkat kenyamanan saat berkendara di jalan berlobang. Dampak lainnya, gejala body rolling atau limbung juga tinggi.

Ketiga, kesenyapan kabin rendah karena getaran dan suara mesin terdengar cukup jelas di dalam kabin. Apalagi saat melaju kencang di jalan bebas hambatan. Untuk menekan kelemahan itu, generasi pertama Avanza-Xenia mengalami beberapa kali penyegaran atau minor change.

Seperti pada Juli 2006, Avanza-Xenia versi facelift hadir dengan mesin berteknologi VVT-i. Kemudian pada Agustus 2009, Xenia bertransmisi otomatis hadir dengan penambahan fitur baru seperti AC double blower.

Avanza-Xenia generasi pertama berhenti produksi pada November 2011. Generasi kedua Avanza-Xenia dimulai akhir 2011 dengan perubahan signifikan pada tampilan eksterior, kenyamanan kabin, dan tingkat keamanan dengan airbag.

Meski mengalami berbagai penyempurnaan, Avanza-Xenia generasi kedua juga tak luput dari kelemahan. Pertama, tingkat kenyamanan kabin memang ada peningkatan, tapi masih kalah dari pesaingnya. Misal dari sisi kesenyapan/kebisingan kabin.

Kelemahan Avanza-Xenia generasi kedua disinyalir ada pada sistem suspensi. Padahal yang ringkih adalah Electronic Power Steering (EPS) yang notebene bagian dari kesatuan steering rack. Sistem EPS Avanza dinilai kurang bandel dibandingkan EPS di mobil Toyota tipe lain.

Biasanya gejala yang ditimbulkan mirip seperti long tie riod rusak, karena itu ada beberapa bengkel yang kurang paham dan mengganti long tie rod padahal masalah intinya ada pada steering rack.

Itu artinya masalahnya bukan di suspensi tetapi pada sistem kemudi, tapi orang justru mengganti sistem suspensi.

Kemudian, kelemahan lainnya adalah sistem pendinginnya yang masih menggunakan single motorfan, sehingga ketika mobil bermasalah dengan sistem pendinginannya, bisa dikatakan mobil tidak dapat dijalankan.

Mungkin lebih baik, jika menggunakan double motorfan supaya kerja masing-masing motorfan tidak terlalu berat.

Kelemahan Avanza-Xenia generasi kedua adalah tidak mengadopsi teknologi Drive by Wire. Padahal pesaingnya ada yang sudah mengadopsi teknologi ini.

Dengan harga di level Rp 200 jutaan per unit, Avanza semestinya sudah menggunakan teknologi ini. Sebab teknologi ini mengatur kinerja mesin terkait pengapian dan kebutuhan bahan bakar melalui sensor-sensor, bukan lagi kabel. Sehingga kinerja mesin lebih efisien.

Demikian pemberitahuan dari saya. Semoga bermanfaat.

  *AYAH mampu menepis airmatanya karena Tuhan memberi bahu yang kuat untuk menopang kesedihan.*